Mengabaikan Peringatan



Bacaan: Ratapan 4:1-22

Hal itu terjadi oleh sebab dosa nabi-nabinya dan kedurjanaan imam-imamnya yang di tengah-tengahnya mencurahkan darah orang yang tidak bersalah. (Rat. 4:13)


 Guna mengantisipasi jatuhnya korban jiwa, pemerintah Amerika Serikat memutuskan melakukan evakusi terhadap penduduk di setiap daerah yang terindikasi rawan bencana. Sayangnya niat baik itu terkadang terhalang sikap orang-orang yang keras kepala. Salah satu contohnya terjadi kala badai Sandy menerjang pulau Fire pada November 2012 silam. Karena menolak dievakuasi, sekitar 120 penduduk pulau Fire akhirnya terjebak di pulau saat badai datang menerpa. Banyak bangunan hancur, fasilitas umu lumpuh, pelabuhan dilanda banjir, dan akhirnya mereka harus bertahan hidup dengan air yang tercemar. Setelah mengalami sendiri betapa mengerikannya keadaan yang dihadapi, barulah para warga tersebut setuju dievakuasi menggunakan helikopter. Beruntung, tidak ada warga yang terluka gara-gara insiden ini.
Sikap keras kepala dan sok tahu memang telah banyak terbukt menjadi akar dari kesusahan manusia. Gara-gara sikap tersebut, banyak orang mendapati kehidupannya menjadi makin rumit. Dalam firman Tuhan hari ini, kita membaca tentang keluh kesah orang-orang Israel saat mereka menjalani masa pembuanga di Babel. Dari keluh kesah mereka, kita tahu bahwa kehidupan yang dijalani di Babel amatlah tidak menyenangkan. Namun jika mau jujur, sebenarnya mereka tidak perlu mengalami hal ini andai di masa lalu tidak meremehkan peringatan Tuhan. Ketika mereka dahulu jatuh ke dalam berbagai dosa, salah satunya adalah penyembahan berhala, Tuhan berkali-kali mengutus para nabi-Nya untuk memperingatkan mereka tetapi tidak satu pun yang mereka perhatikan. Bukannya sadar dari dosa-dosanya, mereka malah membunuh para nabi dan makin larut dalam perbuatan-perbuatan dosa. Pada akhirnya, kebebalan merekalah yang menyeret mereka menjauh dari berkat Tuhan. Mereka tidak lagi tinggal tenang di tanah yang diberkati Tuhan, melainkan diangkut sebagai orang buangan di tanah asing yang setiap hari harus menerima hinaan.
Hidup tenang penuh damai sejahtera atau hidup penuh kesusahan dan air mata. Manakah yang akan pilih dari antara keduanya? Bila kita memilih ingin hidup tenang penuh damai sejahtera, ingatlah untuk selalu menaati firman Tuhan dan jangan pernah meremehkan peringatan-peringatan-Nya.

Orang yang tidak mau diperingatkan sesungguhnya sedang berjalan menuju kehancuran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lebih Dari Jawaban Doa

Berkat bagi Bangsa

Tuhan yang Adil