Kasih yang Lembut



Bacaan: 1 Korintus 13:1-13

Kasih itu sabar... (1 Kor. 13:4)

Suatu kali ada seorang pemuda duduk di taman bersama ayahnya. Tiba-tiba seekor burung hinggap tak jauh di depan mereka. Sang ayah bertanya, "Apa itu?" Anaknya menjawab, "Itu burung pipit." Tidak lama seekor burung hinggap di sebelah kiri mereka. Sang ayah bertanya, "Apa itu?" Kembali anaknya menjawab, "Ayah, itu burung pipit." Sesaat kemudian seekor burung lain hinggap di sebelah kanan mereka. Sang ayah kembali bertanya, "Kalau itu apa?" Merasa terganggu, sang anak menjawab dengan ketus, "Apa ayah tuli? Berapa kali harus kujawab kalau itu burung pipit?" Lelaki tua itu tersenyum lalu merogoh tasnya mengambil sebuah buku harian tua yang ditulisnya empat puluh tahun lalu. Ia membuka salah satu halamannya dan menyuruh anaknya membaca tulisan yang ada di situ. Di situ tertulis: "Hari ini aku dan anakku duduk di taman. Seekor burung pipit hinggap di dekat kami. Ia bertanya, "Apa itu?" dan aku menjawab, "Itu burung pipit." Dua puluh kali ia mengulangi pertanyaan yang sama, dan dua puluh kali aku menjawabnya dengan lembut. Sebab aku mengasihinya."
Apa buktinya jika kita mengasihi seseorang? Banyak meluangkan waktu untuk bersamanya, membelikannya barang kesukaan sebagai hadiah, atau memberinya sebuah ciuman di pipi? Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, Paulus menjelaskan bahwa kasih dapat dinyatakan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan bersikap sabar. Selama ini kita diajarkan bahwa kesabaran adalah suatu bentuk toleransi terhadap kesalahan orang lain. Karena dimaknai sebagai toleransi, maka kesabaran seperti itu pasti ada batasnya. Bila batasnya dilewati, maka yang terjadi adalah kemarahan, kemurkaan, dan penghukuman. Sebaliknya, kesabaran yang muncul sebagai ungkapan kasih --seperti yang dimaksudkan Paulus-- memiliki pengertian sebagai sarana untuk menyatakan kepada orang lain bahwa kita mengasihinya dengan tulus. Ketulusan inilah yang membuat kesabaran berlandaskan kasih tidak memiliki batasan.
Pagi hari ini, ingatlah bahwa sikap kita terhadap orang lain merupakan cerminan perasaan kita terhadapnya. Tuhan telah mengajarkan kasih kepada kita melalui kesabaran-Nya, maka mari nyatakan kasih kita kepada sesama dengan kesabaran pula.

Akal budi membuat seseorang panjang sabar dan orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran. (Ams. 13:11)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lebih Dari Jawaban Doa

Berkat bagi Bangsa

Tuhan yang Adil