Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2009

Beautiful Life

Pelajaran Kehidupan Kisah yang menarik dimana tetap mempertahankan prinsip menjadi orang baik dan harapan. David kuliah di fakultas perdagangan Arlington USA. Kehidupan kampusnya, terutama mengandalkan kiriman dana bulanan secukupnya dari orangtuanya. Entah bagaimana, sudah dua bulan ini rumah tidak mengirimi uang ke David lagi. Di kantong David hanya tersisa satu keping dollar saja. David dengan perut keroncongan berjalan ke bilik telepon umum, memasukkan seluruh dananya, yaitu satu keping uang logam itu, ke dalam telepon. "Halo, apa kabar?" telpon telah tersambung, ibu David yang berada ribuan km jauhnya berbicara. David dengan nada agak terisak berkata: "Mama, saya tidak punya uang lagi, sekarang lagi bingung karena kelaparan." Ibu David berkata: "Anakku tersayang, mama tahu." "Sudah tahu, kenapa masih tidak mengirim uang?" David baru saja hendak melontarkan dengan penuh kekesalan pertanyaan tersebut kepada sang ibu, mendadak merasakan perkata

Kisah Penjual Minyak Tanah

Adalah Mang Engkos, penjual minyak tanah langganan kami yang tinggal di desa sebelah, dan telah hampir 12 tahun berdagang. Untuk berjalan keluar dari desanya, menuju desa kami, Mang Engkos harus berjalan kaki sepanjang puluhan kilometer melalui sungai dan lembah. Dan di rumah kamilah, jarak terjauh Mang Engkos mengantarkan minyak tanahnya. Sehingga biasanya di halaman rumah kami (setelah dia menuangkan minyak tanah ke botol-botol bekas kecap), dia mengaso sejenak, dengan segelas air putih yang kami suguhkan, untuk kemudian dia bergegas pulang. Sebelum pulang biasanya dia mengganti bajunya yang kuyup karena derasnya keringat. Kadang jika saya sedang di halaman, Mang Engkos bercerita bagaimana dia membiayai pendidikan 4 anaknya yang semuanya bersekolah dengan berjualan minyak tanah ini.. Setiap dua hari sekali Mang Engkos selalu membawa dua drum minyak tanah yang dipanggulnya untuk memenuhi kebutuhan desa kami. Uang yang didapatnya tak lebih dari 70 – 80 ribu rupiah. Ketika desa kami ma

Six Times

I Cried For My Brother Six Times   Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan diriku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.  "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.  Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"  Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi.  Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya! "  Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya

Pelajaran Hidup

Kisah Seorang Nenek dan Seliter Minyak Goreng Suatu ketika saya bertemu dengan seorang nenek. Dia, yang yang ringkih dengan kebaya bermotif kembang itu, tampak sedang memegang sebuah kantong plastik. Hitam warnanya, dan tampak lusuh. Saya duduk di sebelahnya, di atas sebuah metromini yang menuju ke stasiun KA. Dia sangat tua, tubuhnya membungkuk, dan kersik di matanya tampak jelas. Matanya selalu berair, keriputnya, mirip dengan aliran sungai, berkelok-kelok. Hmm...dia tampak tersenyum pada saya. Sayapun balas tersenyum. Dia bertanya, mau kemana. Saya pun menjawab mau kuliah, sambil bertanya, apa isi plastik yang dipegangnya. "Minyak goreng," jawabnya. Ah, rupanya, dia baru saja mendapat jatah pembagian sembako. Pantas, dia tampak letih. Mungkin sudah seharian dia mengantri untuk mendapatkan minyak itu. Tanpa ditanya, dia kemudian bercerita, bahwa minyak itu, akan dipakai untuk mengoreng tepung buat cucunya. Di saat sore, itulah yang bisa dia berikan buat cucunya. Dia berkata

Love

My Love Stories Sewaktu Boy dan Girl baru pacaran, Boy melipat 1000 burung kertas buat Girl dan menggantungkannya di dalam kamar Girl. Boy mengatakan 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya. Waktu itu Girl dan Boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua. Tetapi pada suatu saat, Girl mulai menjauhi Boy. Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Paris, Perancis. Tempat yang dia impikan di dalam setiap mimpinya. Sewaktu Girl mau memutuskan Boy, Girl berkata pada Boy, " kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa. Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya. Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik. Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita setelah menikah...!!" Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras. I a pernah menjual koran, menjadi karyawan sementara, hingga menekuni bisnis kecil. S etiap pekerjaan dikerjakan dengan sangat baik dan tekun. Setelah beber

Lebih Dari Jawaban Doa

DOA SEORANG ANAK KECIL Suatu ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa empat orang peserta sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki. Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya. Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun adalah salah satu finalia. Dibanding semua lawannya, mobil Marklah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya. Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri. Akhirnya tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-ke ncang. Di